Cin(T)a
Sutradara : Sammaria Simanjuntak
Pemain : Sunny Soon sebagai Cina
Saira
Jihan sebagai Annisa
Film ini mengambil
tema yang cukup kontroversial, yakni mengenai hubungan laki-laki dan perempuan
yang berbeda agama dan ras. Film ini sangat menarik karena jalan cerita yang
disuguhkan dalam film ini merefleksikan kehidupan cinta anak muda saat ini.
Film yang diperankan oleh Sunny Soon sebagai Cina, pemuda keturunan Tionghoa
dari Tapanuli sebagai mahasiswa baru jurusan Arsitektur di ITB, seorang Kristen
yang taat. Dan Saira Jihan sebagai Annisa seorang aktris dan senior Cina di
kampus, berasal dari Jawa yang kental dengan unsur Islam. Keseluruhan cerita
terfokus pada dua tokoh utama ini, sampai-sampai saya tidak tahu tokoh yang
lain.
Sebagian besar adegan
menyorot pemainnya secara close up
dan fokus pada objek seperti jari, semut, apel dan lain-lain. Dialog antar
pemain juga bagus. Dari awal sampai pertengahan film disajikan dialog yang
mengalir, cerdas dan lucu serta memukau. Mampu membuat penonton ikut tersenyum
sampai tertawa terbahak-bahak. Dan pada akhir-akhir cerita dialog yang
digunakan lebih melankolis, dan mengena. Banyak dialog dari pemain yang jika
kita perhatikan mengandung kritikan toleransi yang ada pada masyarakat. Berikut
dialog yang menarik menurut saya:
“kau di subsidi di
sekolah buat bantu pemerintah mikir, kalau kau bisanya Cuma nyalah-nyalahin
pemerintah buat apa kau di luluskan, republik ini udah kebanyakan sarjana
nyingir”
Kata-kata ini
disampaikan oleh Cina kepada Annisa saat bikin TA. Jika dirasa-rasakan kata-kata Cina ini begitu
mengena dengan keadaan saat ini, yaitu pada mahasiswa yang pada awalnya ingin
mendiskusikan suatu masalah tapi pada akhirnya melakukan demo menyalahkan
pemerintah. Dalam kata-kata ini terkandung maksud bahwa kita mahasiswa harus
bisa membantu pemerintah tidak hanya menyalahkan saja tapi juga memberi solusi
atas permasalahan yang ada.
Kata-kata Annisa
dan Cina waktu main puter-puteran:
“Kenapa Allah ciptain kita berbeda-beda kalau cuma mau di sembah
dengan satu cara, makanya Allah ciptain cinta biar yang beda-beda bisa jadi
satu, tapi tetap yang benar cuma satu”
Sedikit tercengang
denger dialog ini, apa benar kita di ciptakan berbeda untuk jadi satu dengan
yang namanya cinta, menurut saya itu tidak salah, hanya saja ada satu masalah
yang sangat krusial, kata “menjadi satu”, yang di maksudkan satu itu yang bagaimana?
Kalau masih megang
kepercayaan masing-masing saya rasa cinta belum menyatukan, hanya sekedar
menyatukan fisik tapi bukan batin dan untuk bisa menyatukan semuanya tidak
cukup dengan cinta. Karena saya yakin semua agama yang di peluk seseorang pasti
sudah yang di rasa paling benar, untuk apa orang masih memeluk agama tersebut
kalau ia tidak merasa agama tersebut benar. Terbukti di akhir kutipan di atas,
tetap satu pihak merasa yang paling benar.
Saya
rasa pasti ada mereka yang menjalani hubungan berbeda agama yang mengharapkan
sebuah konflik dan solusi dan film ini misalnya masalah klasik seperti adanya
pertentangan antar keluarga, orang tua yang tidak merestui, pandangan
masyarakat, dan lain sebagainya. Namun sayang sekali, kasus klasik seperti itu
tidak terdapat dalam film ini, karena hampir tidak adanya tokoh lain selain
kedua tokoh utama.
Namun
film ini mampu menghadirkan tema yang selama ini cukup dianggap tabu sehingga
dapat dihadirkan ke ranah publik dengan segala pro dan kontranya. Serta juga
membuat masing-masing penonton mempunyai persepsi dan pandangan yang
berbeda-beda dalam melihatnya tanpa harus digiring ke dalam satu opini.
December 15, 2011 at 4:53 AM
filmx sungguh so sweet
December 18, 2011 at 2:39 PM
ayeiy.. ritsa suka yg so sweet so sweet :)